Upaya Pengembangan Kecakapan Hidup (Life Skill) Anak Tunagrahita
Oleh: Tazkirah Khaira*
Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik. Mereka tetap seperti anak pada umumnya yang memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Anak tunagrahita memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Walaupun anak tunagrahita memiliki hambatan intelektual karena rata-rata IQ yang dimiliki di bawah rata-rata IQ anak normal. Namun mereka juga masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
Pendidikan Khusus yang dimaksud adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai kemampuannya. Pemahaman terhadap anak tunagrahita sangat diperlukan baik secara teori maupun praktis agar para profesional dapat memberikan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka
Life skill bagi Anak Tunagrahita
Life skill atau kecakapan hidup merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua orang untuk menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kecakapan hidup tidak semata berupa kecakapan untuk bekerja atau kecakapan vokasional, tetapi mencakup pengertian yang lebih luas yang meliputi berbagai ragam kemampuan yang dibutuhkan oleh seseorang untuk menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehingga dapat menghadapi problema hidup dengan wajar, tanpa tertekan, serta mampu mencari dan menemukan solusi terhadap problema yang dihadapi untuk mencapai sukses dan kebahagiaan dalam kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu pentingnya pengembangan life skill pada semua orang, termasuk pengembangan skill pada berkebutuhan khusus, salah satunya pada anak tunagrahita. Anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki hambatan intelektual karena IQ yang dimiliki di bawah rata-rata IQ anak normal, artinya mereka memiliki kemampuan intelektual yang rendah. Anak tunagrahita yang mempunyai intelektual yang sangat rendah dengan disertai perkembangan perilaku adaptif yang rendah pula akan berakibat langsung terhadap kehidupan sehari-hari mereka. Anak tunagrahita dengan hambatan tersebut akan mengalami kesulitan-kesulitan maupun masalah-masalah dalam menjalani hidupnya. Adapun permasalahan tersebut adalah; masalah belajar; masalah penyesuaian diri; gangguang bicara dan bahasa dan masalah kepribadian. (hlm. 387)
Rumitnya masalah yang dialami anak tunagrahita, maka program pendidikan bagi mereka perlu didukung oleh pengembangan life skill yang sistematis dan sesuai dengan perkembangan anak, agar anak tunagrahita dapat berkembang secara optimal dan mampu hidup beradaptasi di lingkungan masyarakat. Pengembangan life skill yang diberikan harus lebih diarahkan pada kemampuan kemandirian anak tunagrahita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. (hlm. 382)
Namun berbagai karakteristik dan hambatan yang dimiliki anak tunagrahita tidak dapat dijadikan dasar pemikiran bahwa mereka tidak memiliki potensi atau bakat dalam dirinya. Sebagaimana ada semboyan hidup mengatakan bahkan apabila orang tersebut adalah seorang yang bodoh sekalipun tetapi tetap dapat bertahan hidup atau sukses karena bakat yang dimilikinya, dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa seseorang dapat bertahan hidup tidak hanya dilihat berdasarkan kemampuan inteligensi saja melainkan juga melalui kemampuan non inteligensi seperti bakat atau kreativitas seseorang.
Pembelajaran kecakapan hidup (life skill) harus dimulai dengan hal-hal yang paling sederhana dan konkret. Hal tersebut penting dilakukan, terutama untuk menyesuaikan dengan kondisi kelainan masing-masing individu. Secara umum karakteristik anak tunagrahita ialah dimana perkembangan fisiknya agak lambat daripada anak normal, mereka kesulitan dalam mengurus dirinya tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu membutuhkan perlindungan hidup dan pengawasan yang teliti. Tunagrahita merupakan kondisi perkembangan kecerdasan seorang anak yang mengalami hambatan sehingga ia tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal
Upaya Pengembangan life skill
Upaya pengembangan life skill melalui metode yang lebih mengutamakan praktik dalam waktu yang relatif singkat. Dengan waktu yang relatif singkat maka materi keterampilan yang diberikan harus memiliki langkah-langkah yang jelas dan tepat, sehingga waktu yang singkat tersebut dapat dimaksimalkan. Selanjutnya anak diberikan kesempatan untuk melakukan praktik lebih banyak dibandingkan teori. Pengembangan keterampilan merupakan usaha dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki peserta didik, khususnya dalam bidang non akademik, karena dengan memiliki keterampilan hidup peserta didik diharapkan memiliki bekal untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. (hlm. 383)
Adapun upaya yang dilakukan akan membangkitkan semangat peserta didik tunagrahita dalam melakukan kecakapan hidup (life skill), antara lain; penguatan pendekatan pada anak tunagrahita; memberikan hadiah/penghargaan; penguatan dalam bentuk pembiasaan. Dengan adanya upaya inilah sebagai bentuk ikhtiar agar kecakapan hidup yang diberikan kepada peserta tunagrahita dapat menghasilkan hasil yang optimal. Jadi tanpa adanya upaya yang dilakukan maka sesuatu yang ingin kita capai akan datar- datar saja tanpa adanya peningkatan. (hlm. 392)
Segala upaya pasti ada hambatannya, begitu pula dalam pengembangan life skill pada anak tunagrahita. Adapun hambatan yang terjadi dalam pengembangan life skill anak tunagrahita adalah; sulitnya mengendalikan keadaan emosional anak tunagrahita; terbatasnya tenaga pendidik; kurangnya ruangan kelas. Solusi dari hambatan tersebut, meningkatkan SMD guru jurusan Pendidikan Luar Biasa, tingkatkan upaya khusus yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap anak tunagrahita agar dapat lebih aktif dalam mengembangkan kecakapan hidupnya, agar kecakapan hidup yangdiberikan anak tunagrahita dapat teraplikasi baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
* Alumnus Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prodi Pendidikan Agama Islam/Pengajar di SMA 16 Banda Aceh.