Bisakah Kau Bernyanyi Untukku? (Bagian 3)
Oleh: Bilhamdi*
“Siapa yang akan bernyanyi untukku malam ini?” Sukardi bertanya pada diri sendiri.
Malam berlalu dan berganti pagi. Seperti biasanya Sukardi sudah terbangun. Dia segera ke ruang tamu dan melihat ke arah sofa berharap Raka kembali. Namun, tak ada siapa-siapa di sofa. Akhirnya, Sukardi membuat secangkir kopi hangat untuk menemani paginya sembari menunggu Leri datang. Dia duduk di teras dengan tenang, memandang ke arah gunung. “Hari yang cerah!” ucapnya di dalam hati.
Sayup-sayup dari kejauhan dia melihat sosok pemuda berlari-lari kecil. Setelah diperhatikannya lagi, ternyata itu adalah Raka. Ia sangat senang Raka kembali. Ia ingin Raka bernyanyi untuknya.
“Dari mana saja kau?” Tanya Sukardi dengan senyuman lebar.
“Hanya mencari angin segar” Jawab Raka terengah-engah.
Suasana mendadak hening. Untuk beberapa saat, mereka larut dalam renungan. Setelah menunggu momen yang pas, akhirnya dalam waktu yang hampir bersamaan mereka berkata :
“AKU PUNYA KABAR BAIK UNTUKMU!”
Setelah itu, mereka kembali diselimuti keheningan.
“Baik, kau duluan!” ucap Raka.
“Tidak, kau saja!”
Mereka saling menatap dan tersenyum. “Baiklah, kalau begitu aku duluan!” kata Raka. Dia diam dan berpikir sejenak, memilih kata-kata yang tepat untuk diungkapkan. Lalu dengan nada pelan dia berkata “Mulai hari ini kau tidak akan punya masalah lagi dengan Leri.” Ucap Raka dengan tersenyum sumringah.
“Maksudmu? Darimana kau tahu itu?” Sukardi menyangka bahwa Raka sudah mengetahui kejadian yang kemarin.
“Iya! Aku sudah membunuh Leri untukmu...,” itu adalah senyum Raka yang paling lebar yang pernah dilihat Sukardi.
“Sekarang dia tidak akan pernah lagi mengganggu hidupmu,” Lanjutnya.
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Sukardi jatuh pingsan. Dia tidak sadarkan diri untuk waktu yang cukup lama. Saat terbangun dia melihat Raka di dekatnya. Dia kembali mengingat-ngingat semua yang terjadi. Dia memikirkan banyak hal. Dia tak menyangka nasib bisa sedemikian cepat berubah. Ada begitu banyak rahasia yang tak diketahui manusia. Siapa yang menyangka, kebaikan yang sudah hampir digenggamnya bisa hilang seperti pasir disapu gelombang air laut? Siapa yang tahu? Siapa?
Sukardi melihat ke arah Raka yang berdiri di sampingnya memegang gitar. Pelan-pelan Sukardi berkata “Bisakah kau bernyanyi untukku?”
• Mahasiswa Filsafat Islam STFI Sadra, Jakarta