Mempertanyakan Kembali Makna Sehat
Oleh: Dahri*
Kenapa harus memilih sehat, kenapa tidak sakit? Apa yang istimewa dari sehat, mungkin bisa makan enak, bisa jalan-jalan, bisa shoping dan lain sebagainya. Bukannya sakit juga istimewa, makan di hidangkan, kerjaan cuman tidur dan istirahat, kerja juga tidak ada. Bukankah itu juga pilihan?
Tapi apakah itu pilihan tepat atau sesat. Ya secara akal sehat, kita pasti memilih sehat. Bila ada yang memilih sakit berarti dia tidak sehat. Hal tersebut juga menjadi faktor dikarenakan hidup sehat membantu manusia membentuk kedisiplinan, menghilangkan frustasi, mengurangi stres karena menderita sakit, meningkatkan kegiatan fisik dan psikis. Tapi tidak terpungkiri lagi sakit dan sehat adalah sebuah pasangan serasi yang tidak pernah terpisahkan.
Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis.
Dari definisi-definisi tersebut sangat jelas mengindikasikan bahwa kesehatan itu sangat utama dan penting. Sehingga dapat dipastikan semua orang pasti akan memilih sehat. Baik sehat pikiran jasmani dan rohani. Maka dari itu sehat adalah nilai yang cukup mahal, bahkan sangat mahal, rupiah juga tidak sanggup menilainya, apalagi untuk membelinya. Dengan uang yang banyak saja tidak memungkinkan dibeli apalagi dengan yang sedikit.
Kata sehat sudah menjadi bagian dari keseharian, sehingga tidak bisa dilepaskan, hampir setiap hari kita bisa mendengar, tiap jam bahkan menit, dan yang anehnya kata itu tidak bosan-bosannya diucapkan.
Saya juga heran, bila ada suatu pertemuan—silaturahmi misalnya—baik keluarga, teman, saudara, atau bahkan kenalan yang baru saja dijumpai, yang sering ditanyakan adalah bagaimana keadaannya? Mengapa itu yang ditanyakan, apakah tidak ada yang lain? Dari fakta ini, kita bisa menyimpulkan bahwa sehat itu sangatlah penting.
Bila kita tarik benang merah sehat itu benar-benar nikmat yang paling luar biasa, karena bila sehat semua keadaan kemungkinan besar bisa kita kondisikan. Contoh bila sehat kita bisa jalan-jalan, belajar, makan dan lain-lain. Dan bila sakit, semua kegiatan-kegiatan seperti di atas tidak akan mungkin untuk terlaksana, bahkan kegiatan yang genting sekalipun.
Ada fenomena yang menarik mengenai orang sakit. Jika kita amati orang yang datang membesuk orang sakit, ada yang membawa roti, menenteng buah-buahan dan sebagainya, yang sebenarnya itu semua tidak bisa dimakan oleh orang sakit, hanya bisa dilihat saja. Yang bisa memakan itu semua ialah anak, keluarga, dan yang menjaga orang sakit.
Walau demikian, di balik sakit, ada hikmah yang tersirat, sebagaimana yang disampaikan dalam sebuah hadis: “Ketika sakit, Allah cabut yang pertama senyumnya, kemudian kedua yang dicabut adalah selera makannya dan yang ketiga adalah dosanya. Allah hapuskan dosanya bagi setiap orang yang dilanda sakit dan dia sabar dengan penyakitnya.(Hadis)
Selain sehat jasmani, ada yang lebih utama yakni sehat akal pikiran, karena sangat banyak orang yang terjangkiti sakit pikiran. Untuk apa sehat jasmani tapi miring pikiran, untuk apa banyak uang tapi miring pikiran, untuk apa ada kekuasaan tapi miring pikiran, di mana hanya ingin memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan orang lain, tanpa memikirkan kemakmuran orang lain.
Di mana hanya menuntut orang untuk bisa berpikiran sehat tapi dia sendiri tidak mampu melaksanakan itu. Kesehatan dompet juga tidak kalah pentingnya, bila kantong sudah sehat maka semua urusan rileks. Walaupun banyak orang yang mengatakan bahwa kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang tapi faktanya, uang dapat menjadi jalan menuju kebahagiaan.
Sehat sesuatu yang tidak bisa di pilih, dia sangat mahal, tapi kenapa sering sekali tidak diperhatikan, kenapa semudah itu di lupakan. kebiasaan orang sehat itu menjadi penting ketika sakit, bila masih sehat masih sering di abaikan, seumpama tidak berharga.
Kita sepakat bahwa sehat itu berharga dan penting, tapi kenapa sesuatu yang berharga dan penting ini sering kita lupakan, kita baru sadar bahwa sehat itu berharga ketika sakit. Apakah sesuatu yang sudah terbiasa dengan diri kita itu berubah menjadi tidak berharga? Atau kitanya yang sering lupa bahwa sesuatu itu sebenarnya sangat berharga.
Kadang kita sering melupakan hak badan, seumpama tubuh itu bagaikan robot yang mampu akan segala hal. Tapi itu masih sangat jauh jangkauannya, dimana badan itu punya kadar standarnya.
Yang sangat tragis, ketika kita mengumpulkan uang yang begitu banyak dengan kerja pontang panting siang dan malam, tiba waktunya sakit, maka uang yang terkumpulkan akan habis ke situ, bahkan ada yang tidak cukup untuk hal tersebut, jadi, ini kan menjadi bertolak belakang, menjadi tragedi, kita sudah berjuang habis-habisan, setelah kita mendapatkannya, badan yang semula sehat menjadi tumbang itu sangat percuma.
* Alumnus Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh