Menafsirkan Arti Sukses pada Wanita
Oleh: Sarah Ulfah*
Berbeda cara pandang seseorang terhadap kehidupan maka akan membedakan pula arti sukses seorang wanita dalam kehidupan. Ada perbedaan yang sangat nyata antara cara berpikir yang di adopsi mayoritas wanita zaman now dengan ideologi Islam dalam menafsirkan kesuksesan seorang wanita secara hakiki.
Mayoritas wanita dengan cara berpikir materialism yang menafsirkan kesuksesan tergantung pada besarnya materi yang ia dapatkan selama berkarier di luar rumah tentunya sangat bertentangan dengan ideologi Islam yang memandang suksesnya seorang wanita bukan pada besarnya pencapaian wanita tersebut terhadap materi.
Ciri berpikir materialism adalah menjadikan materi sebagai parameter untuk mengukur tingkat sebuah kesuksesan seorang wanita sehingga harta, tahta, kecantikan dan materi-materi yang bersifat duniawi telah menjadi tolak ukur mereka dalam menimbang sejauh mana kesuksesan yang dicapai oleh wanita tersebut.
Suksesnya seorang wanita muslim menurut ideologi Islam tentunya tidak dibatasi hanya dengan hal-hal yang bersifat materi, namun ditinjau dari berbagai aspek kehidupan dan sejauh mana kemampuan seorang wanita tersebut menerapkan nilai-nilai islam di saat menjalankan peran yang bukan hanya satu peranan figur saja.
Sebagai wanita normal, mereka juga akan berkeluarga dan pastinya akan banyak mengambil peran di rumahnya baik sebagai istri maupun seorang pendidik untuk anaknya. Suksesnya seorang wanita sebagai istri yaitu jika mereka mampu menjadi pundak sandaran terbaik untuk sang suami sehingga keadaan rumah tangga tetap tentram dan aman.
Suksesnya seorang wanita sebagai ibu jika mereka mampu mencetak generasi yang berpengetahuan dan beradab untuk membela bangsa dan agama. Sehingga, dapat kita pahami secara implisit bahwa kemakmuran suatu bangsa berawal dari seorang wanita yang mampu mendidik anaknya untuk berkiprah terhadap bangsa dan agama.
Bahkan, kesuksesan seorang wanita tak terbatas pada aspek kehidupan itu saja. Dengan ikut andilnya seorang wanita dalam mengubah wajah bangsa ini ke arah yang lebih baik pun mereka pantas dikatakan sebagai seorang wanita sukses yang telah berkiprah untuk bangsa.
Hal itu pastinya mereka lakukan dengan upaya penanaman nilai-nilai spiritual pada diri sendiri dan sesama mereka, serta tetap mengedepankan moralitas dan intelektualitas dalam menyelamatkan agama dari fitnah-fitnah yang kian hari kian meradang, menjadikan pengetahuan sebagai pisau analisis untuk membedah problematika umat yang tengah bergulir di masyarakat, serta mampu membentengi paradigma mereka dari serangan pemikiran- pemikiran yang tidak Islami selama ikut andil dalam ranah sosial. Inilah esensi suksesnya perempuan yang telah diperkenalkan Islam berdasarkan landasan Al-Quran dan hadis.
Jika kita menilik kepada sebuah aspek yang akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan seseorang, maka pendidikan adalah jawabannya. Lalu bagaimana penafsiran suksesnya seorang wanita berpendidikan dalam berilmu pengetahuan?
Realita yang di temukan dewasa ini memperlihatkan bahwa begitu banyak para wanita diluar sana yang saling berlomba-lomba dalam ranah pendidikan untuk mengejar bermacam ilmu pengetahuan yang mana ilmu pengetahuan tersebut hanya berorientasi kepada kesuksesan materi duniawi semata.
Bukan tentang tujuan mengamalkan illmu tersebut untuk dijadikan jembatan agar mereka lebih dekat dengan Allah, melainkan kecemerlangan karier lah yang menjadi tujuan utama mereka dalam menuntut ilmu tersebut.
Dan tak bisa dipungkiri bahwa masih banyak para wanita yang menuntut ilmu hanya untuk meraih gelar akademik tertinggi dalam perjalanan hidupnya. Yang mana mereka berpandangan bahwa cukup dengan gelar tersebut mereka telah berhasil menuntaskan pendidikan dan pantas menyandang prestasi sebagai wanita sukses. Sehingga inilah esensi sukses yang mereka tanamkan untuk membentuk paradigma mereka selama menjalani kehidupan di bidang pendidikan. Yaitu tentang bagaimana mereka berhasil untuk mengumpulkan materialistik duniawi melalui keilmuan yang tidak sedikitpun dimanfaatkan sebagai jembatan mendekatkan diri pada Tuhan.
Berangkat dari fenomena ini, kita tidak juga mengklaim bahwa seorang wanita itu dilarang mutlak untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Bahkan mereka tetap dianjurkan mempelajari berbagai disiplin ilmu umum yang hanya tidak ilmu agama saja seperti ilmu kedokteran, ilmu komunikasi, ilmu bahasa, ilmu hukum dan lain sebagainya. Karena, pada dasarnya semua ilmu pengetahuan itu bermanfaat. Hanya saja tergantung kemana akan diarahkan fungsi dari ilmu pengetahuan tersebut.
Dan tentunya pendalaman terhadap ilmu umum tersebut adalah setelah mereka menguasai secara baik batasan-batasan ilmu agama yang wajib dipelajari seperti ilmu fiqh, tauhid, tasawuf dan beberapa ilmu fardhu‘ain lainnya telah ia tuntaskan. Asalkan ia bisa mengarahkan fungsi berbagai ilmu pengetahuan tersebut kepada manfaat yang ukhrawi. Karena akan ada suatu saat dimana berbagai ilmu pengetahuan tersebut sangat dibutuhkan untuk memajukan dan menegakkan agama Islam.
Dan inilah cara pandang Islam terhadap suksesnya seorang wanita yang tidak menjadikan materi sebagai tolak ukur. Namun sejauh mana mereka bisa menerapkan segala nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Juga tentang sejauh mana mereka dapat memajukan agama Islam dengan berbekal pengetahuan mereka seperti yang dilakukan para ilmuwan Islam dalam mengubah wajah Eropa yang dulunya sangat tertinggal.