Anak Adalah Peniru yang Baik
Oleh: Ami Oktayusva
"Tindakan meniru si anak sepenuhnya bergantung pada apa-apa yang didengar dan dilihatnya. Anak belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sebab itu, orang tua harus sangat berhati-hati dalam berbicara, bersikap dan bertindak karena kemungkinan besar semua itu akan ditiru oleh anak."
Orang tua menjadi sumber nilai, pengetahuan dan perilaku bagi anaknya. Peranan orang tua sangat penting sebagai pendidik utama bagi anaknya. Sehingga seluruh orang tua di dunia ini tau bahwa anaknya adalah peniru ulung terhadap apa-apa yang diamati dalam lingkungannya.¹
Dari peristiwa meniru itulah orang tua mengetahui bahwa telah terjadi perkembangan pada anaknya. Semisal, istri yang memanggil suaminya dengan sebutan ayah di depan anaknya, maka anak tersebut akan ikut memanggil ayah.
Hal tersebut merupakan perilaku meniru yang dilakukan anak terhadap lingkungannya, sekalipun anak belum paham kenapa laki-laki tersebut di panggil ayah. Dari peristiwa tersebut, orang tua mengetahui bahwa anaknya mengalami perkembangan melalui tindakan meniru.
Tindakan meniru si anak sepenuhnya bergantung pada apa-apa yang didengar dan dilihatnya. Anak belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sebab itu, orang tua harus sangat berhati-hati dalam berbicara, bersikap dan bertindak karena kemungkinan besar semua itu akan ditiru oleh anak.
Melihat pertumbuhan dan perkembangan anak, tentu saja memberi kebahagiaan tersendiri bagi para orang tua. Namun, di samping itu, seiring berjalannya waktu, banyak juga fenomena yang menunjukkan bahwa orang tua seringkali mengeluhkan sikap yang ditunjukkan oleh anak-anak kepada mereka.
Semisal sikap tidak patuh dan bahkan melawan arahan dari orang tua. Pada batas-batas tertentu, mungkin sudah sangat kesal, orang tua terkadang memarahi anak dengan sebutan anak durhaka.
Pertanyaanya kini, apakah sikap yang demikian itu adalah sepenuhnya anak durhaka? Apakah sikap yang demikian atas keinginan si anak? Mari kita pahami kembali alinea sebelumnya, anak adalah peniru ulung, perkembangan yang terjadi padanya adalah hasil dari apa yang didapat dari lingkungannya.
Ketika si anak berbuat salah kita mungkin bertanya pernahkan orang tua ini mendengarkan penjelasannya, adakah sedikit kepercayaan terhadap cerita anaknya, pernahkah orang tua ini menegur anaknya dengan nada dan suara yang lebih lembut?
Terkadang di situlah kesalahan yang terlewatkan oleh orang tua, mengira anak hanya meniru di saat dia kecil saja. Sebenarnya, perkembangan setiap anak itu adalah hasil dari meniru dan mempelajari lingkungan terdekatnya.
Meskipun begitu, tak jarang pula orang tua tidak menerima sikap anaknya tersebut karena itu adalah hal yang tidak sopan, sedangkan sikap dan perilaku anak tersebut merupakan akibat dari respon terhadap kejadian eksternal. Sama halnya dengan teori B.F. Skinner, bahwa setiap perilaku ataupun perkembangan kepribadian yang terjadi pada seseorang itu merupakan hasil dari responsnya terhadap kejadian eksternal.²
Pendidik yang pertama dalam hidup anak, yang akan membentuk bagaimana perilaku dan kepribadian terhadap kehidupannya, termasuk hal yang menyenangkan, menyakitkan, atau membanggakan, itu hasil dari apa yang dia lihat dan pelajari dari orang terdekatnya.
Seperti anak yang berbicara dengan orang tuanya menggunakan nada tinggi, membentak, atau bahkan tidak mendengarkan apa pun dari orang tuanya, itu faktor dari orang tua yang mencontohkan hal tersebut pada si anak.
Mungkin hal itu tidak wajar dilakukan anak terhadap orang tuanya, namun itu hasil dari yang anak peroleh dari orang tuanya yang menasehati atau menegur anak dengan bahasa yang membentak, nada suara tinggi, atau sampai tidak mau mendengarkan alasan dari anak tersebut.
Perlu untuk disadari hal tersebut tidak seutuhnya salah anak namun orang tua juga berperan terhadap perilaku anak. Seperti yang dikemukakan Zakiah Daradjat bahwa orang tua menjadi pendidik pertama sejak awal dilahirkan bahkan semenjak dalam janin.³
Maka setiap perilaku dari orang yang didekatnya akan membentuk perilaku dalam kehidupan dan menjadi perilaku dasar bagi anak. Maka orang tua bertanggung jawab besar dalam mencapai tujuan yang sempurna, dan secara tidak langsung orang tua menjadi model yang akan ditiru oleh anak.
Pendidik pertama dalam diri anak yaitu orang tuanya sendiri, yang mengajarkan hal baik kepadanya, menegur setiap kesalahan yang dilakukannya. Selain itu orang tua juga memberi pendidikan pada anak dengan menyekolahkan sampai ke sekolah tinggi. Sehingga lingkungan belajarnya menjadi luas dan pastinya perkembangannya semakin tau banyak hal.⁴
Namun ketika si anak menegur bahwa sikap orang tuanya ada yang salah, bagi orang tua tersebut itu hal yang kurang ajar. Karena menurut orang tua semakin tinggi sekolah anak, maka harus semakin berbakti dan patuh terhadap orang tua.
Contohnya, seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya karena melakukan kesalahan dengan nada suara yang besar dan disertakan kata-kata kasar. Kemudian sang kakak menasehati sang ibu untuk lebih bagus lagi apabila menegur si adik. Namun menurut si ibu hal tersebut tidak perlu dinasehati karena dia punya cara sendiri untuk menghadapi anaknya dan anak tertuanya belum mengerti bagaimana mengurus dan menasehati adiknya.[]
Referensi
¹ https://www.parenting.co.id/balita/
² Ahmad Asnawi, 50 Tokoh Psikologi dan Pemikirannya (Yogjakarta: Penerbit Indoliterasi, 2019), hal. 83.
³ Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hal. 25.
⁴ Hasbi Wahy, "Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama dan Utama, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, Vol. XII, No. 2, (Februari 2012), hlm. 245-258.