Menempatkan Harapan Secara Proporsional
Harapan tidak boleh dilepaskan dari proses. Tanpa proses, harapan hanya menjadi pelarian dan tidak realistis.
Setiap manusia memiliki harapan. Mungkin inilah alasan mendasar mengapa harapan perlu untuk direfleksikan. Setiap manusia memiliki harapan, tapi tidak semuanya dapat berolah manfaat dari harapan itu, malahan sebagian kita, menderita karena harapan.
Harapan merupakan elan vital dalam kehidupan. Dapat dikatakan, alasan yang paling mendasar bagi seseorang, ketika ditanyai mengapa hidup mesti harus dilanjutkan? lalah karena adanya harapan bahwa hari esok akan lebih baik daripada hari ini.
Harapan merupakan motivasi paling mendasar bagi manusia untuk menghadapi seluruh riak dan gelombang kehidupan.
Victor Frankl--bapak Logoterapi--menjelaskan bahwa harapan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Frankl percaya bahwa harapan bukan hanya sekedar impian atau khayalan semata, tetapi merupakan motivasi yang kuat dan berbasis pada keyakinan yang kokoh.
Harapan adalah keyakinan bahwa masa depan akan lebih baik, berbagai kemungkinan baru akan terbuka, dan kita akan mampu mengatasi segala tantangan yang ada di masa depan. Menurut Frankl, harapan bisa membawa manusia kepada sebuah tujuan hidup yang bermakna.
Namun demikian, harapan haruslah di tempatkan secara proporsional, harapan tidak boleh menjadi pembenaran bagi zona nyaman yang terkadang mengelabui kesadaran, berangan-angan bahwa semua akan indah pada waktunya.
Harapan tidak boleh dilepaskan dari proses. Tanpa proses, harapan hanya menjadi pelarian dan tidak realistis. Dalam hal ini, kritik Nietzsche sangat perlu dipertimbangkan.
Menurut Nietzsche, harapan adalah sebuah bentuk ketidak-realistisan dan ketidaktahuan atas keberadaan manusia. Harapan seringkali dijadikan sebagai pelarian dari kenyataan hidup yang tidak mengenakkan sekaligus tidak pasti, serta menjadi sebuah pembenaran atas ketidakberdayaan dan sikap berpangku tangan.
Dari sinilah kemudian harapan seringkali menyebabkan penderitaan dan kekecewaan. Karena kita cenderung mengharapkan hal-hal yang tidak realistis atau bahkan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
Lebih jauh lagi, Nietzsche juga meyakini bahwa harapan dapat menjadi alat untuk menghindari tanggung jawab atas kehidupan. Dengan mengharapkan hal-hal dari luar, kita membuat diri kita menjadi korban keadaan dan melemparkan tanggung jawab ke orang lain atau menyalahkan nasib.
Nietzsche menganjurkan sebuah keberanian untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya, dengan menerima keberadaan kita, dan mencari makna serta kebahagiaan dalam diri kita sendiri. Lakukan saja apa yang bisa dilakukan, tanpa sibuk mengharapkan hasil dari tindakan tersebut.
Harapan dapat menjadi motivasi kehidupan, di sisi lain, harapan juga menjadi pemicu penderitaan. Harapan merupakan sumber dari kebebasan manusia, namun harapan tidak boleh dianggap sebagai jaminan yang pasti dalam hidup, melainkan sebagai kemungkinan yang harus dikejar dan diwujudkan dengan usaha dan tindakan manusia.
Terhadap berbagai kemungkinan yang dapat muncul dari harapan, seseorang harus dengan jeli melihat bahwa di balik harapan itu, ada semacam teka-teki, yang dapat disimbolkan seperti kotak pandora.
Dalam mitologi Yunani, kotak pandora merupakan simbol kotak terlarang untuk dibuka, karena di dalamnya, memuat berbagai kemungkinan buruk seperti bencana, kesengsaraan, dan berbagai malapetaka bagi kehidupan manusia.
Dapat dikatakan, jika harapan tidak bersifat realistis, dan tidak dibarengi dengan proses yang serius, maka ianya hanya akan menjadi kotak pandora, yang pada gilirannya, jika dibuka akan menimbulkan berbagai malapetaka dan penderitaan bagi hidup seseorang.
Harapan akan menjadi sangat berbahaya ketika tidak didasari pada sifat realistis. Semisal harapan untuk tidak mendapatkan masalah, berharap semua orang berbuat baik kepada kita, semua orang mengerti kekurangan dan mampu menerima kita apa adanya, berharap pasangan kita adalah dia yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun. Itu merupakan beberapa contoh harapan yang tidak realistis. Harapan yang jika diterapkan maka akan membuka kotak pandora, yakni mengundang berbagai penderitaan bagi diri kita.
Di sisi lain, harapan juga berbahaya jika tidak diberengi dengan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk meraihnya. Harapan harus diperjuangkan, bukan sebatas hayalan meng-halu.
Jika harapan dapat ditempatkan secara proporsional, maka semangat dan motivasi akan menjadi penggerak kemajuan bagi kehidupan seseorang. Dia yang mampu menempatkan harapan secara proporsional, akan menjadi pribadi yang tangguh, tahan banting dan tidak mudah menyerah.
Harapannya memacu kreativitas dan inovasi. Harapan menjadi motor penggerak untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Hari esok harus lebih baik dari hari ini.
Dia yang memiliki harapan, tidak akan berhenti untuk berproses, semua tantangan dihadapinya. Terhadap berbagai hal yang dianggap orang banyak sebagai risiko, di tanganya, itu semua menjadi peluang yang berharga.
Dari sini, jelaslah bahwa harapan dapat menjadi daya tahan yang sangat kokoh bagi seseorang, dalam menjalani kehidupannya. Namun, ketika harapan tidak ditempatkan secara proporsional, daya rusak yang dikandungnya, dapat membuat seseorang memilih untuk mengakhiri kehidupan, yang sudah lama diperjuangkan dengan senyum dan air mata.[]
* Alumnus Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prodi Pendidikan Agama Islam