Menyikapi Valentine Day
Oleh: Tazkirah Khaira*
Para pemuda banyak yang gagal meniti karir serta menjadi orang sukses, hanya karena tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Valentine day jatuh pada 14 Februari. Seluruh dunia, terutama negara Barat, merayakan hari spesial ini setiap tahunnya. Valentine day juga dikenal sebagai hari kasih sayang, setiap orang terlebih lagi pasangan saling memberikan satu sama lain berbagai hadiah.
Dengan kata lain, valentine day menjadi momen untuk menunjukkan kasih sayang kepada sesama. Saat ini valentine day sering digembor-gemborkan sebagai hari kasih sayang bagi muda-mudi yang sedang digandrung asmara.
Pada hari tersebut banyak yang mengungkapkan cinta kepada kekasihnya dengan memberikan beberapa kado seperti coklat, bunga hingga boneka.
Padahal banyak generasi yang tidak paham akan sejarah asli dari adanya perayaan valentine day, mereka hanya ikut-ikutan merayakannya dengan alasan mengikuti tren sehingga takut ketinggalan dengan yang lainnya.
Pemuda muslim pun banyak yang ikut-ikutan merayakannya tanpa mereka memahami terlebih dahulu apa arti dan tujuan dari pelaksanan valentine day tersebut. Kejadian ini sangat miris jika dibiarkan saja terjadi serta justru dibudayakan dalam negara kita yang termasuk negara dengan mayoritas muslim, tetapi valentine day ini sebenarnya bukan tradisi dari orang Islam.
Para pemuda justru malah terbodohi dengan adanya perayaan valentine day tersebut, karena banyak yang mengartikan bahwa perayaan ini sebagai ajang dalam menghalalkan perbuatan negatif yang dalam Islam sendiri dilarang, hal tersebut dianggap wajar karena merupakan hari kasih sayang.
Hari kasih sayang kenapa harus diadakan pada tanggal 14 Februari, bukankah setiap hari juga kita bisa memberikan kasih sayang kepada teman kita, saudara kita serta keluarga kita, bukan hanya dalam perayaan valentine day.
Seharusnya hal-hal seperti itu yang harus dipikirkan kembali para penganut valentine day agar tidak hanya ikut-ikutan dalam merayakannya.
Visi lain dari adanya perayaan valentine day ini yaitu untuk meracuni otak para pemuda muslim, dengan cara menjauhkan para pemuda muslim dari kehidupan Islami. Dengan adanya budaya valentine day ini dengan tersirat mengajarkan budaya pacaran dan saling memberikan kasih sayang kepada yang bukan muhrimnya seakan-akan semuanya dibuat dengan rasa nyaman dengan alasan hari kasih sayang agar mereka seperti menghalalkan adanya pacaran serta berbagai kegiatan negatif yang ada didalam pacaran.
Merayakan valentine day mungkin bukan masanya lagi saat ini, ini nampak jelas dari banyaknya postingan yang mengungkap sejarah kelam valentine seperti apa. Untuk itu juga para pemimpin terdepan di Aceh mengambil langkah pasti demi menyelamatkan akidah generasi muslim yang mulai goyah akibat tekanan budaya asing.
Valentine day bukan berasal dari Islam, sedang Islam punya perayaannya sendiri yang lebih luar biasa. Untuk menunjukkan kasih sayang tak perlu di hari valentine day itu, bisa dihari yang lain, malah dianjurkan setiap hari, setiap waktu. Tidak harus pada kekasih yang belum halal, cukup pada orang tua, sahabat dan keluarga kita.
Tetapi para pemuda muslim tidak merasa kalau mereka sedang dibodohi oleh adanya budaya tersebut dengan ikut-ikutan merayakan acara valentine. Jadi jika kamu memang pemuda muslim maka jika hari valentine tiba maka pikir-pikir kembali ya jika akan ikut-ikutan untuk merayakan acara tersebut. Analisis kembali jangan-jangan kamu mengikutinya hanya karena menuruti nafsu belaka.
Para generasi saat ini jangan sampai mau dibodohi oleh nafsu karena para pemuda banyak yang gagal meniti karir serta menjadi orang sukses hanya karena tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya.
Maka kalian semua para pemuda harus lebih hati-hati dengan berbagai budaya yang masuk kedalam kehidupan kita, kita harus benar-benar mempunyai filter yang cukup jeli dan kuat agar kita tidak mudah hanyut dalam budaya yang tidak jelas serta tanpa punya arah dan kendali yang baik.
Dan sebagai pemuda seharusnya lebih bisa menjaga sikap kita serta meningkatkan rasa nasionalisme yang kuat demi keberlangsungan kehidupan berbangsa yang lebih baik. Bangsa akan menjadi lebih maju jika didukung dengan para pemudanya yang lebih baik dari sikapnya serta pendidikan karakter yang lebih penting lagi.
* Alumnus Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh Prodi Pendidikan Agama Islam