Tragedi Si Jenius
"Tidak ada perintah untuk membunuh dalam koran itu, tapi pemberitaannya di halaman depan, mengindikasikan bahwa hal yang demikian, mampu menarik perhatian banyak makhluk gerombolan untuk memberikan perhatian lebih terhadapnya".
Si Jenius itu tidak sengaja melirik koran di meja kecil. Penasaran, lalu dia mengambil dan melihat, ternyata itu adalah koran terbaru hari ini.
Di halaman depan, dia melihat deretan huruf besar yang menuliskan tentang seorang pembunuh yang ditangkap. Pembunuh anak kecil.
Foto penangkapan pembunuh itu terpampang jelas. Besar, hampir memenuhi setengah ukuran kertas koran itu.
Si Jenius lalu membalikkan halaman demi halaman. Di halaman paling akhir, dia melihat, berita tentang siswa yang berprestasi.
Berita prestasi itu tidak terlalu menarik, bukan hanya karena diletakkan di bagian paling belakang, tampilan gambarnya pun tidak se"hebat" pembunuh yang ditangkap itu.
Si Jenius itu, yang selama ini selalu dianggap pembangkang dan pembuat onar, dalam benaknya berkata; Membunuh ternyata lebih disukai, ketimbang berprestasi.
Membunuh berarti memperoleh perhatian yang banyak ketimbang berprestasi. Baiklah, jika demikian yang kalian minta.
Sejak saat itu, Si Jenius telah memutuskan, untuk mendapatkan perhatian, membunuh kini menjadi jalan yang dipilihnya.
Tragis memang, tapi demikianlah sesuatu yang tersirat bekerja. Tidak ada perintah untuk membunuh dalam koran itu, tapi pemberitaannya di halaman depan, mengindikasikan bahwa hal yang demikian, mampu menarik perhatian banyak makhluk gerombolan untuk memberikan perhatian lebih terhadapnya.