Literasi digital di Era Society 5.0 sangatlah penting, terutama bagi generasi muda yang hampir setiap saat mengakses informasi sehingga mereka mampu dan cekat dalam menyaring informasi yang bersileweran di media digital.
Oleh:
Tgk. Dr. Muktar, M. Pd*
Tgk. Nauratul Islami, M. Pd*
Pendahuluan
Meskipun kita belum maksimal mencapai target penyesuaian diri di era Revolusi Industri 4.0, kita sudah berada di Era Society 5.0.
Era di mana kita sudah dituntut untuk harus bisa bersaing di zaman yang serba-serbi berteknologi. Waktu terus berputar dengan cepat. Tanpa terasa manusia sudah melalui berbagai macam era.
Teknologi terus berkembang kian canggih mengikuti perubahan zaman. Berbagai teknologi yang diciptakan tentunya memudahkan manusia dalam menyelesaikan serangkaian aktivitas sehari-hari.
Era Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan mulai berkembangnya teknologi informasi secara pesat dan merambah di berbagai bidang.
Era Society 5.0 pun tidak begitu jauh dengan era 4.0. Era Society 5.0 ini lahir dari penyempurnaan berbagai konsep yang diterapkan di Era Revolusi Industri 4.0 saja.
Dalam beberapa artikel disebutkan bahwa Era Society 5.0 ini dicetuskan oleh pemerintah Jepang pada tahun 2019 lalu.
Konsep yang diterapkan di era ini adalah konsep teknologi big data yang dikumpulkan oleh internet kemudian diubah menjadi sesuatu yang dapat membantu masyarakat, sehingga kehidupannya menjadi lebih baik.
Namun setiap hal tentunya mempunyai titik hitam dan putihnya. Pun demikian dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini tidak hanya membawa dampak positif, juga tidak bisa dipungkiri akan adanya dampak negatif yang berada di baliknya.
Inilah yang harus mendapatkan perhatian yang lebih besar, dan tentunya menjadi tantangan untuk remaja zaman sekarang.
Disrupsi Digital di Era Society 5.0
Di zaman sekarang ini, di mana internet sudah menjadi gerbang utama untuk generasi remaja yang dikenal dengan sebutan generasi Z. Biasa juga disebut dengan iGeneration (Generasi internet). Hal ini disebabkan oleh banyaknya informasi yang bersifat kompherensif dan efektif untuk berkomunikasi dan mempengaruhi orang lain tersedia di internet.
Disrupsi digital sudah dimulai di era Revolusi Industri 4.0. Hal ini dapat dilihat dengan hadirnya transformasi di dunia industri sehingga melahirkan Digital Industri 4.0.
Digital Industri 4.0 ini menerapkan konsep penggunaan teknologi informasi ke seluruh aspek kehidupan.
Disrupsi digital ini memicu terciptanya pola interaksi baru yang dianggap lebih masif dan inovatif. Kemudian hal tersebut berlanjut menciptakan pola baru yaitu robotic.
Karakteristik lain dari disrupsi digital yang disebutkan dalam beberapa jurnal adalah teknologi menggantikan manusia dari peradaban time series menjadi real time.
Di peradaban real time ini data yang diperlukan bisa didapatkan di saat itu juga. Kemudian ciri lainnya adalah masyarakat berkolaborasi dan berbagi dengan mudah.
Ada berbagai dampak positif dari disrupsi digital ini di berbagai sektor kehidupan, baik itu dari segi pendidikan, ekonomi, ataupun transportasi.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa disrupsi digital ini juga berdampak negatif yang dapat meresahkan mayoritas masyarakat.
Hal yang paling dicemaskan oleh masyarakat adalah permasalahan yang berada di bidang informasi komunikasi ranah digital.
Dalam mengatasi persoalan ini diperlukan perhatian yang lebih. Baik itu dari pemerintah, orang tua, bahkan remaja.
Salah satu hal yang dapat dilakukan bersama adalah perlunya pemahaman terhadapa disrupsi digital tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan memiliki kemampuan terhadap literasi digital.
Literasi digital ini sangatlah penting, terutama bagi generasi muda yang hampir setiap saat mengakses informasi sehingga mereka mampu dan cekat dalam menyaring informasi yang bersileweran di media digital.
Pentingnya Literasi Digital
Menurut Bawden dalam Kemendikbud, literasi digital berasal dari bagian literasi komputer dan literasi informasi sehingga berkaitan dengan kemampuan mengakses, memahami, dan memperluas informasi.
Ibnu Aji Setyawan juga menjelaskan bahwa literasi digital tersebut merupakan kemampuan dasar secara teknis untuk menjalankan komputer dan internet, yang ditambah dengan memahami serta sanggup berpikir kritis dan juga cakap dalam mengevaluasi media digital dan merancang konten komunikasi.
Literasi digital sendiri mempunyai delapan unsur, yaitu memahami konteks (cultural), meluaskan pikiran (cognitive), menciptakan hal positif (constructive), cakap berkomunikasi (communicarive), percaya diri (confident), menemukan hal baru (creative), kritis menyikapi konten (critical), dan mendukung terwujudnya civil society (civic).
Hal tersebutlah yang perlu kembali diperhatikan oleh generasi anak muda sekarang dalam menghadapi disrupsi digital.
Bukan hanya sekadar paham internet dan bisa mengakses fitur-fitur yang tersedia di internet. Namun harus lebih mampu dalam memilah dan juga mampu dalam mengelola informasi.
Urgensi literasi digital ini sama halnya dengan membaca, menulis, dan menghitung.
Disrupsi digital yang menyebabkan teknologi penyebaran informasi tanpa batas, dan juga dapat memudahkan masyarakat dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama.
Dengan adanya pemahaman terhadap literasi digital tersebut, tentunya akan lebih memudahkan remaja dalam menyaring informasi yang didapatkan, dan kemudian akan disebarkan dengan bijak.
Kesuksesan agama dan negara berada di generasi anak muda zaman sekarang. Sehingga mereka harus benar-benar dipersiapkan agar mampu bersaing di tengah gempuran disrupsi digital ini.
Pemahaman literasi digital ini dapat mulai diberikan dari lingkungan keluarga dan sekolah.
Dengan adanya penguatan pemahaman ini, maka diharapkan dapat memperkuat kemampuan generasi Z dalam mengelola dan menggunakan media digital secara bijak dan tepat.
Penutup
Melihat dengan kacamata realita bahwa generasi Z yang begitu aktif dalam menggunakan teknologi, mengakses media, dan juga mencari informasi. Penggunaan gawai secara benar, baik serta dimanfaatkan semaksimal mungkin tentunya akan memberikan dampak yang positif.
Remaja generasi Z harus cakap dan cekatan dalam menghadapi disrupsi digital yang semakin mengancam.
Penguatan pemahaman terhadap literasi digital adalah solusi utama untuk remaja generasi Z ini.
Lingkungan keluarga dan sekolah bisa mejadi tempat awal dalam pembekalan pemahaman terhadap literasi digital dalam menghadapi disrupsi digital.
Maka diperlukan kontribusi orang tua dan guru dalam hal ini. Sehingga remaja generasi Z ini dapat memaksimalkan penggunaan media, dan juga dapat meyaring dan memilih berita ataupun informasi yang didapatkan.
* Dosen Universitas Islam Al-Aziziyah Indonesia