Menjadi Guru Motivator: Mengenal Potensi Tersembunyi Siswa di Era Digital
Peran guru sebagai motivator menjadi kunci utama dalam membantu siswa mengaktualisasikan potensi terbaik yang mereka miliki.
Oleh: Tuhfatul Athal & Arizul Suwar
Guru sebagai Motivator bagi Siswa
Di kelas, seorang guru bertemu beragam siswa dengan latar belakang, bakat, dan minat yang berbeda-beda.
Tantangan bagi guru adalah bagaimana mereka mampu mengenal setiap siswa secara individu, termasuk potensi yang mungkin tersembunyi dalam diri mereka.
Namun, harus diakui, dalam kenyataannya, tentu seorang guru tidak mungkin mengetahui seluruh potensi bakat dan minat setiap siswa secara mendetail.
Oleh sebab itu, peran guru sebagai motivator menjadi kunci utama dalam membantu siswa mengaktualisasikan potensi terbaik yang mereka miliki.
Ketika guru mampu menjadi motivator yang baik, ia akan mampu menginspirasi dan mendorong para siswanya untuk terus berkembang dan mengeksplorasi bakat dan minat yang mereka miliki.
Memberi semangat dan dorongan yang positif, berkisah tentang sosok-sosok inspiratif, memiliki pengaruh yang kuat bagi semangat siswa untuk mewujudkan impian dan cita-cita mereka.
Sebuah cerita menarik tentang seorang guru yang memiliki dedikasi tinggi untuk siswa-siswanya, dirasa penting untuk dituliskan di sini.
Suatu hari, seorang guru melihat siswanya yang selalu tertutup dan pendiam di kelasnya.
Setelah melakukan pembicaraan secara pribadi dengan siswa tersebut, sang guru mengetahui bahwa siswa itu memiliki minat yang besar dalam menulis puisi, namun dia merasa minder untuk menunjukkan bakatnya, karena takut diejek oleh teman-teman sekelasnya.
Guru ini tidak tinggal diam. Sebagai motivator, beliau mendorong dan memberi dukungan kepada siswanya itu untuk terus menulis puisi, serta membantu mengatasi rasa takut dan keraguan yang menghambatnya.
Tak berapa lama, siswa itu mulai percaya pada dirinya sendiri. Puisi-pusi ciptaannya mulai diunggah ke media sosial dan mendapat apresiasi yang luar biasa dari teman-teman serta netizen lainnya.
Kasus itu lalu menjadi inspirasi bagi siswa-siswa lain di sekolah tersebut. Mereka menjadi lebih berani mengekspresikan bakat dan minat yang mereka miliki karena mendapat dukungan dan motivasi dari para guru.
Dari cerita di atas, peran guru sebagai motivator tentunya sangat penting. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa seorang guru tentu tidak mungkin bisa mengetahui secara mendetail bakat dan minat setiap siswa.
Namun demikian, seorang guru dapat menjadi sosok yang senantiasa mendukung tumbuh-kembangnya potensi-potensi mereka melalui pemberian motivasi berkelanjutan.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan seorang guru untuk mengenali potensi bakat dan minat, dapat dilakukan dengan cara mengamati (observasi) mendetail tentang seorang siswa.
Mengamati (Observasi): Cara Mengenali Potensi Siswa
Dengan mengamati (observasi) perilaku, respon, dan prestasi akademik siswa, seorang guru dapat mengidentifikasi potensi bakat dan minat yang dimiliki siswa.
Misalnya, seorang siswa mungkin menunjukkan minat yang besar dalam seni visual melalui karyanya, atau mungkin memiliki bakat alami bermusik yang dapat diungkapkan melalui partisipasi (ikut serta) dalam kegiatan atau program musik di sekolah.
Mengamati (observasi) juga membantu seorang guru untuk mengenali minat siswa terhadap berbagai bidang studi atau kegiatan ekstrakurikuler.
Misalnya, melalui pengamatan, seorang guru melihat apakah siswa lebih tertarik pada ilmu pengetahuan alam, matematika, seni, atau bahasa Inggris.
Data tersebut dapat membantu dalam membimbing siswa memilih mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat mereka.
Dengan pengamatan yang intensif tersebut, seorang guru bahkan bisa membantu siswa mengarahkan pilihan karier mereka di masa depan.
Misalnya, jika seorang siswa menunjukkan minat yang besar dalam bidang seni, guru dapat memberikan saran dan dukungan dalam mengembangkan bakat tersebut serta mengeksplorasi opsi karier yang relevan.
Pengamatan (observasi) yang baik juga diperlukan untuk mengidentifikasi minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu.
Misalnya, seorang guru matematika yang terampil dalam mengamati siswa dapat mengetahui apakah siswa tersebut lebih tertarik pada konsep matematika tertentu atau yang lain.
Dengan demikian, guru dapat memberikan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan minat siswa tersebut. Sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan bagi siswa.
Berdiskusi secara Personal: Usaha Mengenal Potensi Siswa
Dalam kasus lain, terkadang guru tidak hanya cukup dalam mengamati saja terkait bidang yang diminati siswa.
Ada beberapa siswa yang memang sangat berminat terhadap suatu bidang, contohnya seperti fotografi, siswa tersebut sangat berminat dan memiliki cita-cita besar ingin menjadi fotografer.
Namun karena siswa ini berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah-bawah, maka harga sebuah kamera tentu terbilang sangat mahal untuk ekonomi keluarganya.
Karena tidak memiliki kesempatan untuk memotret dengan kamera, maka siswa tersebut juga tidak dapat diamati oleh guru kalau ia memiliki keahlian dalam memotret.
Dalam hal ini, guru tentunya diperlukan untuk mengadakan diskusi dengan pribadi siswa terhadap minat dan bakat yang ia miliki.
Setelah siswa tersebut mengemukakan bahwa ia memiliki ketertarikan dalam hal fotografi, namun masalahnya adalah harga kamera tidak dapat dijangkau oleh kantong keluarga mereka.
Maka di sini, guru sebagai motivator harus terus mendorong siswa agar tidak mengubur mimpinya dan harus terus berusaha dengan alternatif yang ada, seperti menggunakan kamera yang ada di handphone, atau barangkali siswa dapat menabung sebulan atau dua bulan untuk merental kamera agar skill-nya dapat terasah, dan siswa memiliki media riil untu belajar.
Menjadi Guru Motivator di Era Digital
Guru sebagai motivator juga marus membuka pandangan yang luas terhadap perkembangan dunia digital, bahwa tidak ada minat dan bakat yang sia-sia selama ia diasah dengan konsisten.
Mungkin selama ini, guru akan menganggap siswa yang mempunyai minat dan bakat dalam bermain game (gaming) adalah hal yang sangat sia-sia dan buang-buang waktu.
Guru menganggap siswa yang demikian akan memiliki masa depan suram karena tidak sepenuhnya fokus ke pelajaran di sekolah.
Namun sekarang, ternyata gaming menjadi profesi dan menghasilkan banyak uang, bahkan didirikannya Gaming Academy khusus untuk membekali anak-anak yang memiliki minat dan bakat gaming menjadi seorang professional player.
Guru-guru yang memiliki pemikiran terbuka maka akan melihat hal ini sebagai peluang yang baik untuk mendukung minat dan bakat siswa, bukan malah mengucilkan dan menghukum siswa hanya karena bermain game.
SMA Katolik St. Louis 1 Surabaya dan SMA Pangudi Luhur Jakarta adalah dua Sekolah Menengah Atas Indonesia yang sudah memberlakukan ekstrakulikuler PUBG dan Mobile Legends.
Penutup
Memberikan semangat dan dorongan positif tentu sangat bermanfaat bagi siswa, karena itu seorang guru harus mampu menjadi motivator yang baik bagi siswa-siswanya.
Mengamati dan berdiskusi secara pribadi dengan siswa merupakan dua cara yang bisa dicoba untuk menggali berbagai potensi siswa.
Apa pun bakat dan minat siswa tidak ada yang sia-sia, selama guru-guru memiliki pikiran terbuka terhadap perkembangan zaman dan cerdas untuk membaca peluang, maka tidak akan ada minat dan bakat yang negatif, selama guru bisa mengarahkannya menjadi hal positif untuk masa depan siswa yang cemerlang.[]