Stop Scroll: Solusi Mindfulness untuk Gen Z di Era Obsesi Media Sosial
Mindfulness membantu Gen Z untuk menemukan keseimbangan antara kehidupan nyata dan dunia sosial. Mereka dapat belajar untuk menggunakan media sosial secara lebih terarah dan disiplin, sambil menyisihkan waktu untuk aktivitas dan hubungan di dunia nyata yang lebih bermakna.
Oleh: Tuhfatul Athal
Pendahuluan
Di era digital ini, media sosial sudah menjadi kebutuhan Gen Z, coba saja challenge mereka one day without social media, mungkin mereka bisa, tapi mati.
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Airlangga menunjukkan bahwa rata-rata Gen Z di Kota Mataram menghabiskan 6-7 jam sehari dalam bermedia sosial.
Hal ini tentu bisa menjadi data bahwa ada hal yang harus diperhatikan terkait Gen Z dan media sosial.
Bukan sepenuhnya buruk, memang media sosial juga menawarkan hal positif, tetapi jika penggunaannya tidak terkontrol, maka akibatnya bisa menjadi buruk, terutama untuk kesehatan mental Gen Z itu sendiri.
Akibat dari tidak bisa mengendalikan diri untuk scroll, Gen Z sering kali merasa terjebak dengan scroll tak berujung dan perbandingan tanpa henti.
Dari Instagram hingga TikTok, mereka dihadapkan pada tekanan untuk terus-menerus memperhatikan kehidupan orang lain, sementara mereka sendiri sering kali merasa tidak cukup atau kurang, dari yang lain.
Kondisi ini tidak hanya mengakibatkan stres dan kecemasan yang meningkat, tetapi juga menyebabkan penurunan kualitas hidup dan kebahagiaan yang sewajarnya.
Artikel ini menghadirkan solusi terhadap masalah tersebut dengan memperkenalkan konsep mindfulness, sebuah pendekatan yang dapat membantu Gen Z menemukan keseimbangan yang sehat antara kehidupan online dan offline.
Dengan menggali ke dalam praktik mindfulness, kita dapat menemukan kedamaian dalam diri sendiri dan menemukan kebahagiaan yang sejati di luar layar.
Apa itu Mindfulness?
Mindfulness adalah sebuah konsep untuk melibatkan kesadaran penuh terhadap pikiran, perasaan, sensasi tubuh, dan lingkungan sekitar saat ini (present time).
Dalam konteks penggunaan media sosial, mindfulness melibatkan kesadaran diri yang mendalam terhadap bagaimana kita berinteraksi dengan platform tersebut, kesadaran akan dampaknya terhadap kesejahteraan mental kita, dan kemampuan untuk mengontrol reaksi dan perilaku kita terhadapnya.
Dalam arti kata lain, ketika kelalaian dalam scroll tiada ujung melanda, kita harus menangkap sinyal kesadaran bahwa kita sudah menghabiskan waktu yang lama di media sosial, gunakan kesadaran itu untuk berpikir terhadap dampak yang akan kita tanggung, berapa banyak waktu sia-sia yang telah kita habiskan, berapa banyak kegiatan penting lain di dunia offline telah menanti.
Saya yakin bahwa semua orang memiliki alarm ini untuk berhenti, hanya saja orang yang tidak memiliki kemampuan mindfulness tidak bisa menangkap sinyal ini dan masih saja melanjutkan scroll down.
Cara Melatih Mindfulness
Mindfulness tidak bisa serta merta diperoleh, harus melalui latihan-latihan tertentu untuk memusatkan fokus dan mengendalikan pikiran.
Berikut adalah beberapa cara di mana mindfulness dapat memberikan dampak yang baik kepada Gen Z dalam mengatur dan mengontrol penggunaan media sosial:
1. Kesadaran Diri
Melalui latihan mindfulness, Gen Z dapat mengembangkan kesadaran diri yang lebih dalam terhadap bagaimana mereka menggunakan media sosial.
Mereka dapat menjadi lebih sadar akan pola perilaku dan kebiasaan mereka, serta menyadari efeknya terhadap kesejahteraan mereka.
2. Mengendalikan Reaksi Emosional
Dengan menjadi lebih sadar akan pikiran dan perasaan mereka saat menggunakan media sosial, Gen Z dapat belajar untuk mengenali dan mengendalikan reaksi emosional mereka terhadap berbagai stimulasi online.
Mereka dapat belajar untuk merespons dengan lebih bijaksana dan penuh perhatian, daripada bereaksi secara impulsif atau merasa terbawa arus.
Kemampuan mengendalikan ini bisa didapatkan dengan membaca buku terkait teknologi dan dampak negatif dari media sosial.
3. Membangun Keseimbangan
Mindfulness membantu Gen Z untuk menemukan keseimbangan antara kehidupan online dan offline. Mereka dapat belajar untuk menggunakan media sosial secara lebih terarah dan disiplin, sambil menyisihkan waktu untuk aktivitas dan hubungan di dunia nyata yang lebih bermakna.
Luangkan waktu sehari dalam seminggu untuk detoks media sosial, dalam arti kata lain stop menggunakan sosial media sama sekali dalam sehari.
4. Mengurangi Kecemasan dan Stres
Latihan mindfulness seperti meditasi pernapasan dan meditasi kesadaran tubuh dapat membantu Gen Z mengurangi tingkat kecemasan dan stres yang disebabkan oleh tekanan dan perbandingan sosial di media sosial.
Mereka dapat belajar untuk meresapi momen sekarang dengan lebih tenang dan penuh kehadiran, daripada terjebak dalam pikiran-pikiran yang mengkhawatirkan tentang masa depan atau membandingkan diri dengan orang lain.
Apabila seseorang telah berkomitmen untuk memperjuangkan goal yang telah di-setting maka orang tersebut tidak akan cemas dan stress ketika melihat flexing dan gosip di media sosial dan FOMO.
Hal ini bisa dilatih dengan memulai untuk fokus, apabila sedang makan, maka fokus untuk makanan itu, bagaimana rasanya, teksturnya di lidah, rasakan rasa manisnya, gurihnya, fokuslah terhadap makanan yang sedang dimakan itu.
Kebiasaan Bagi Gen Z untuk Mengurangi Kecanduan Media Sosial
Memang media sosial menyumbang banyak dopamin untuk kesenangan Gen Z, namun Gen Z harus terbiasa untuk mencari kebahagiaan secara offline, membangun habit yang produktif dan mempelajari skill baru untuk menjadi unggul di antara 7 miliar manusia lain di dunia dan tidak tersingkirkan oleh artificial intelligence karena tidak ada skill yang bisa dijual.
Tingkatkan pengetahuan tentang efek-efek yang ditimbulkan karena menatap layar berjam-jam, pelajari lagi dari buku-buku terkini terkait bagaimana bahayanya algoritma yang memanipulasi otak.
Saya rasa pengetahuan ini banyak tersebar di dalam banyak sekali buku yang membahas tentang teknologi.
Ketika dikatakan “Gen Z harus melek akan teknologi” bukan hanya sebatas Gen Z harus paham cara memainkan aplikasi ini dan program itu, tetapi di samping itu Gen Z juga harus mempunyai kesadaran dan pengetahuan bagaimana sisi lain di balik teknologi itu sendiri.