Peran Psikologi dalam Pembentukan Kebiasaan Positif dan Produktif
Oleh: Ainaya Tarisul Khaira*
Membentuk kebiasaan positif dan tetap produktif adalah tantangan bagi banyak orang di era modern yang penuh dengan distraksi dan tekanan. Seiring dengan tuntutan kehidupan yang semakin kompleks, peran psikologi dalam membantu individu mengatasi tantangan ini menjadi semakin krusial.
Psikologi adalah bidang yang mempelajari perilaku manusia, menawarkan berbagai strategi dan teknik yang dapat diterapkan untuk membangun kebiasaan yang lebih sehat dan produktif.
Psikologi memainkan peran penting dalam membangun kebiasaan positif dan produktifitas melalui berbagai mekanisme dan teknik yang membantu individu mengubah pola pikir dan perilaku mereka. Psikologi juga mebantu individu untuk memahami apa yang memotivasinya untuk bertindak.
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan berulang kali untuk menjadikannya kebiasaan.
Namun beberapa penelitian mengungkap bahwa tanpa disadari individu telah melakukan sebuah tindakan yang sudah menjadi kebiasaan karena sudah sering di lakukan.
Untuk memahami bagaimana psikologi dapat membantu individu dalam pembentukan kebiasaan positif, kita perlu melihat lebih dekat pada konsep loop kebiasaan, yang terdiri dari insyarat, rutinitas, dan imbalan, yang mana hal ini merupakan salah satu bentuk kontribusi psikologi dalam pembentukan kebiasaan positif.
Charles Duhigg, dalam bukunya The Power of Habit, yang menjelaskan bahwa dengan mengenali dan mengubah komponen-komponen ini, kita dapat menggantikan kebiasaaan buruk dengan kebisaan yang lebik baik.
Ini bisa seperti kebiasaan individu yang ingin mengurangi kebiasaan makan camilan tidak sehat saat bekerja, mereka bisa menggantinnya dengan mengosumsi cemilan yang lebih sehat atau mengambil jeda waktu untuk berjalan sebentar setiap keinginan itu muncul.
Selain itu, penetapan tujuan yang efektif juga merupakan aspek yang tak kalah pentingnya dalam psikologi yang berkontribusi pada produktifitas.
Menurut teori penetapan tujuan (Goal Setting Theory) yang di kemukakan oleh Edwin Locke dan Gary Latham yang menekankan pada penetapan tujuan spesifik, menantang namun realistis dapat membantu meningkatkan kinerja dan motivasi.
Dengan menetapkan tujuan yang efektif individu dapat memfokuskan energi mereka pada pencapaian yang konkret dan lebih mudah untuk mengukur kemajuan si individu tersebut.
Di samping itu, konsep penguatan dalam teori Operant Conditioning yang dikemukakan oleh B. F. Skinner juga sangat relevan dalam proses pembentukan kebiasaan yang positif.
Penguatan positif ini bisa berupa self reward setelah menyelesaikan tugas, yang dapat memperkuat kebiasaan kerja keras.
Di sisi lain, penguatan negatif seperti menghilangkan gangguan setelah selesai mengerjakan tugas, juga dapat meningkatkan produktivitas individu.
Kedua bentuk penguatan ini membantu individu untuk tetap termotivasi dan terus berusaha untuk mencapai tujuan yang dinginkan.
Aaron T. Beck juga mengemukakan bahwa terapi Kognitif-Behavioral (CBT) menawarkan pendekatan terapi yang membantu individu mengubah pola pikir negatif yang mendasari perilaku maladaptif.
CBT ini melibatkan proses mengidentifikasi pikiran negatif, kemudian menggantinya dengan pikiran positif atau pemodelan perilaku baru. CBT juga membantu individu mengatasi hambantan psikologi yang menghalangi mereka dari membentuk kebiasaan positif dan produktif.
Menurut Albert Bandura dalam teorinya mengenai pembelajaran sosial, yang menunjukkan bahwa individu dapat mempelajari perilaku baru melalui observasi dan peniruan.
Dengan bergaul dengan individu yang memiliki kebiasaaan positif, individu dapat terinspirasi untuk meniru perilaku atau kebiasaan positif yang sama.
Teori ini juga menegaskan bahwa lingkungan sosial yang mendukung dapat menjadi faktor pendorong dalam pembentukan kebiasaan yang positif.
Tak kalah pentingnya adalah motivasi. Motivasi memainkan peran kunci dalam pembentukan kebiasaan dan produktivitas individu.
Dalam Self-Determination Theory yang dikembangkan oleh Richard Ryan dan Edward Deci, motivasi dibedakan menjadi dua bentuk motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intriksik berasal dari kesenangan dan kepuasan pribadi dalam melakukan suatu aktivitas, dan cenderung lebih kuat dan tahan lama dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik, yang didorong oleh imbalan dari luar atau eksternalnnya.
Dengan mengembangkan dan memanfaatkan motivasi intrinsik, individu dapat lebih konsisten dalam membentuk kebiasaan positif dan produktifitas.
Dengan memahami peran psikologi dalam pembentukan kebiasaan positif dan produktivitas. Psikologi menawarkan berbagai strategi dan teknik yang dapat diterapkan untuk membangun kebiasaan positif dan meningkatkan produktivitas.
Dari pemahaman Loop kebiasaan hingga penerapan konsep penguatan dan motivasi, kita dapat menciptakan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menerapkan teknik dan prinsip-prinsip ini, setiap individu memiliki potensi untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi dan menjalani kehidupan yang lebih sehat dan bermakna.
Selain itu, individu juga dapat lebih memahami dan mengendalikan proses pembentukan kebiasaan serta meningkatkan produktivitas mereka. Teori-teori ini memberikan kerangka kerja yang kuat untuk menciptakan perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari.[]
• Mahasiswi Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh