Sebuah Cerita Singkat
Oleh: Arizul Suwar
Saat acara maulid tadi, suasananya benar-benar ramai.
Riuh oleh suara manusia, deru mesin kendaraan, dan perbincangan riang anak-anak yang bergema sepanjang jalan.
Jalan-jalan sempit penuh sesak dengan orang-orang yang memadati sepanjang rute, seolah ingin menunjukkan kekompakan dalam perayaan besar ini.
Motor-motor diparkir berjejer di tepi jalan, berdesakan, sebagian tanpa aturan, menambah kesan semrawut namun akrab, layaknya sebuah pesta rakyat.
Di tengah keramaian itu, mataku tertuju pada seorang remaja laki-laki. Kutaksir, usianya sekitar 13 atau 15 tahun.
Ada kegelisahan di wajahnya, tubuhnya berdiri kaku di samping sebuah sepeda motor, tampak ragu dan bingung.
Aku bertanya-tanya dalam hati, “Apa yang sedang dipikirkannya? Mungkinkah dia sedang mencari cara untuk mengeluarkan motornya dari kerumunan ini?”
Namun, meski demikian, dia tetap diam, seperti terpaku, seakan-akan terperangkap dalam kesunyian di tengah keramaian yang begitu riuh.
Melihat ketidaktentuan di wajahnya, aku merasa terdorong untuk membantunya.
Tanpa berpikir panjang, aku mendekatinya dan berkata, "Ayo, Dek, biar aku bantu keluarkan motornya."
Mata remaja itu menatapku, tampak lega dan sedikit terkejut.
Dia akhirnya mulai menggerakkan motornya, dan aku membantu dengan menggeser beberapa motor yang menghalangi jalan keluarnya, menciptakan celah agar dia bisa mendorong motornya keluar dari kerumunan.
Saat motor itu berhasil dikeluarkan, dia menatapku sebentar, kemudian tersenyum. Senyum itu sederhana, tetapi bagiku, momen itu terasa istimewa.
Dia lalu bergegas pulang, menghilang di antara barisan orang-orang.
Sepeninggalnya, aku berdiri merenung, membayangkan perjalanan hidupnya yang masih panjang.
Dia adalah potret anak muda yang akan menghadapi berbagai rintangan di depan, menghadapi suka dan duka yang akan bergantian datang.
Mungkin suatu saat, dia akan menemui saat-saat sulit yang tak terelakkan, ketika dia merasa semua usahanya sia-sia, atau ketika dunia seolah berpaling darinya.
Mungkin, saat itu dia akan merasa sendirian, seolah tak ada yang peduli, seolah harapan hanyalah sebuah ilusi.
Namun, ada secuil harapan di hatiku: semoga pada saat-saat seperti itu, ingatan kecil tentang kejadian hari ini bisa terlintas di benaknya.
Semoga ia bisa mengingat bahwa di dunia yang keras ini, masih ada orang asing yang rela menolongnya, walai tanpa mengenalnya.
Bahwa di tengah kerapuhan hidup, masih ada harapan kecil yang mungkin tak terlihat, tapi hadir di saat-saat hampir sekarat.
Aku berharap, meski kelak hidupnya tak selalu mulus dan penuh tantangan, dia bisa terus percaya bahwa dunia ini tak sepenuhnya jahat.
Bahwa akan selalu ada tangan-tangan yang tulus membantu, orang-orang yang bersedia hadir di saat-saat sulit, bahkan ketika seolah semua harapan telah sirna.
Kejadian sederhana ini mungkin hanyalah sekejap pertemuan, namun semoga meninggalkan jejak yang mendalam.