Menemukan Cahaya di Balik Bayangan
Pagi itu, Raka duduk di beranda rumah. Tatapannya kosong, pikirannya penuh. Semalam ia menerima evaluasi dari atasannya. Ada satu kalimat yang terus terngiang di kepalanya: "Kamu terlalu ragu mengambil keputusan."
Kalimat itu mengganggunya. Ia tahu betul bahwa rasa ragu sering menghampirinya. Saat diberi tugas baru, ia butuh waktu lama untuk memutuskan langkah pertama. Saat harus memilih, ia menunggu orang lain berbicara lebih dulu.
"Kenapa aku selalu begini?" gumamnya. Ia merasa gagal. Merasa tak berbakat jadi pemimpin.
Tapi, ada hal yang sering ia lupakan. Teman-temannya di kantor kerap memintanya memeriksa laporan sebelum diserahkan. “Raka pasti nemu kesalahan kecil yang kita lewatkan,” kata salah satu rekan. Ternyata, sifat telitinya adalah kelebihan yang tak ia sadari.
Kisah Raka mungkin mirip dengan sebagian kita. Sering kali, kita hanya fokus pada kekurangan. Kekurangan dianggap sebagai kelemahan.
Padahal, kekurangan tak selalu buruk. Rasa ragu yang dimiliki Raka, misalnya, bisa dilihat dari sisi lain. Ia berhati-hati. Ia tidak gegabah mengambil keputusan.
Setiap orang punya kekurangan, dan itu wajar. Namun, banyak dari kita terlalu sibuk menutupi kekurangan. Kita lupa bahwa di balik kekurangan, ada potensi tersembunyi.
Seseorang yang "terlalu banyak berpikir" mungkin sebenarnya seorang pemikir kritis. Ia bisa melihat hal-hal yang tak terpikirkan oleh orang lain. Sebaliknya, kelebihan juga bisa menjadi jebakan.
Orang yang pandai berbicara kadang tak bisa menahan diri untuk bicara di saat yang salah.
Kelebihan dan kekurangan mirip dengan cahaya dan bayangan. Jika ada cahaya, pasti ada bayangan.
Kamu tak bisa hanya menginginkan cahaya tanpa menerima bayangannya.
Orang yang penuh semangat mungkin cepat marah. Orang yang sabar mungkin lambat bertindak. Kelebihan dan kekurangan selalu berjalan beriringan.
Jadi, apa yang bisa kamu lakukan? Bukan dengan menghapus kekurangan, tapi dengan memahaminya.
Kekurangan bukan untuk dihindari, tapi dipelajari. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang bisa kulakukan dengan kekurangan ini?"
Jika kamu ragu-ragu, mungkin kamu teliti. Jika kamu keras kepala, mungkin kamu punya keuletan. Jika kamu pendiam, mungkin kamu pandai mendengar.
Mengenal kelebihan dan kekurangan bukan sekadar introspeksi. Tujuannya bukan untuk menjadi "sempurna." Sebab, kesempurnaan hanyalah ilusi.
Yang kamu butuhkan adalah keseimbangan. Kamu tak perlu menjadi segala-galanya bagi semua orang. Kamu cukup menjadi diri sendiri yang terus belajar.
Yang kamu butuhkan adalah keseimbangan. Kamu tak perlu menjadi segala-galanya bagi semua orang. Kamu cukup menjadi diri sendiri yang terus belajar.
Saat kamu berdamai dengan kekurangan, kamu tak lagi terjebak dalam rasa rendah diri. Sebaliknya, kamu jadi lebih menghargai proses tumbuh.
Sore itu, Raka kembali duduk di beranda. Kali ini, ia tak lagi termenung. Ada satu kalimat yang ia temukan dari video pengembangan diri: “Bayangan hanya muncul jika ada cahaya.”
Ia termenung sejenak. Ia sadar, kekurangannya tak harus selalu dilawan. Ia tak perlu terus-menerus menyalahkan diri. Sebab, di balik bayangan, selalu ada cahaya.
Raka tersenyum. Ia tak lagi takut pada bayangannya. Sebab, tanpa bayangan, kamu tak akan pernah tahu betapa terang cahayanya.