Literasi untuk Semua: Mewujudkan Akses Bacaan bagi Anak-Anak Desa

Sekelompok anak-anak desa duduk bersama di luar ruangan, membaca buku dengan antusias. Mereka tampak menikmati bacaan di bawah naungan pohon, dengan latar belakang rumah-rumah sederhana dan suasana pedesaan yang asri.

Oleh: Arizul Suwar*

Pendahuluan 

Anak-anak di pedesaan sering menghadapi keterbatasan literasi. Hal ini menghambat perkembangan akademik dan intelektual mereka.

Banyak desa tidak memiliki perpustakaan atau taman baca. Buku yang sesuai dengan usia anak-anak juga sangat terbatas. Selain itu, banyak guru belum memiliki pelatihan yang cukup dalam membimbing keterampilan membaca dan menulis.

Faktor ekonomi memperparah keadaan. Banyak keluarga tidak mampu membeli buku. Akses terhadap teknologi dan internet juga minim. Akibatnya, minat baca anak-anak desa lebih rendah dibanding anak-anak kota yang memiliki lebih banyak sumber daya.

Jika masalah ini dibiarkan, kesenjangan literasi akan semakin lebar. Anak-anak desa akan kesulitan melanjutkan pendidikan dan memiliki peluang terbatas dalam pembangunan masyarakat.

Tulisan ini mengkaji penyebab rendahnya literasi di pedesaan dan mencari solusi yang dapat diterapkan. Harapannya, pendidik, pemerintah, dan masyarakat dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung literasi.

Pembahasan

Faktor Penyebab Rendahnya Literasi di Pedesaan

Minimnya fasilitas perpustakaan menjadi salah satu penyebab utama. Data Kemendes PDTT pada 2023 menunjukkan bahwa hanya 33.902 desa (45,04%) dari 75.265 desa yang memiliki perpustakaan atau taman baca. Artinya, lebih dari separuh desa belum memiliki akses terhadap fasilitas ini.

Perpustakaan yang ada pun sering kali tidak memenuhi standar. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2017, perpustakaan desa seharusnya memiliki 300 hingga 1.200 eksemplar buku, tergantung jumlah penduduk. Namun, banyak perpustakaan tidak memenuhi standar ini.

Selain itu, metode pengajaran yang kurang efektif juga menjadi hambatan. Banyak guru di pedesaan belum mendapatkan pelatihan yang cukup dalam menumbuhkan minat baca siswa. Akibatnya, pendekatan yang diterapkan kurang menarik dan tidak efektif.

Faktor ekonomi juga berpengaruh. Banyak keluarga lebih fokus pada kebutuhan dasar dibanding membeli buku. Meski ada minat baca, keterbatasan akses terhadap teknologi dan internet semakin mempersempit peluang mendapatkan bahan bacaan berkualitas.

Dampak Rendahnya Literasi

Rendahnya literasi berdampak langsung pada prestasi akademik. Data PISA 2022 menunjukkan bahwa siswa di desa dengan populasi kurang dari 3.000 jiwa memiliki skor rata-rata 341,94 dalam literasi matematika (level 1b). Mereka hanya mampu melakukan perhitungan sederhana dengan bilangan bulat dan mengikuti instruksi dasar.

Dalam literasi membaca, skor rata-rata mereka adalah 343,05 (level 1a). Ini berarti mereka hanya memahami makna literal dari kalimat atau paragraf pendek. Dalam literasi sains, skor mereka 366,56 (level 1a), menunjukkan keterbatasan dalam memahami fenomena ilmiah sederhana.

Dampak jangka panjangnya adalah rendahnya motivasi belajar, kesulitan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, dan keterbatasan dalam dunia kerja. Kesenjangan pendidikan antara desa dan kota pun semakin melebar.

Strategi Peningkatan Literasi

Meningkatkan literasi tidak sekadar menyediakan buku. Perlu ekosistem membaca yang berkelanjutan. Salah satu langkah utama adalah mendirikan perpustakaan desa atau pojok baca di sekolah dengan buku yang relevan dan menarik.

Guru juga perlu mendapatkan pelatihan yang memadai. Dengan metode pengajaran yang lebih kreatif dan efektif, mereka bisa menumbuhkan minat baca siswa.

Keluarga juga berperan penting. Kampanye literasi yang melibatkan orang tua dapat membangun kebiasaan membaca di rumah. Ketika orang tua membaca bersama anak, mereka menanamkan kecintaan terhadap buku sejak dini.

Teknologi juga bisa dimanfaatkan meskipun akses internet di pedesaan masih terbatas. Radio dapat digunakan untuk menyiarkan cerita dan diskusi literasi. Buku digital yang bisa diakses secara offline atau tablet berisi materi literasi juga bisa menjadi solusi.

Peran Masyarakat dalam Literasi

Masyarakat memiliki peran penting dalam meningkatkan literasi. Kelompok baca dan kegiatan mendongeng bisa menumbuhkan minat baca anak-anak. Kehadiran relawan pendidikan juga sangat membantu.

LSM dan perusahaan melalui program CSR dapat berkontribusi. Misalnya, PT. Bank Sinarmas Tbk. mendukung Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di Bogor dengan pembiayaan operasional, pelatihan literasi finansial, dan revitalisasi fasilitas baca. Kerja sama ini berhasil meningkatkan minat baca dan pengetahuan keuangan masyarakat setempat.

Melalui kolaborasi masyarakat, LSM, dan sektor swasta, peningkatan literasi dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Rendahnya literasi di pedesaan disebabkan oleh minimnya fasilitas, kurangnya pelatihan guru, keterbatasan ekonomi, dan rendahnya akses teknologi. Namun, masalah ini bisa diatasi dengan penyediaan sarana literasi, peningkatan kualitas pengajaran, keterlibatan orang tua, dan pemanfaatan teknologi.

Jika semua pihak bekerja sama, anak-anak pedesaan bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan berkontribusi dalam pembangunan masyarakat. Dengan langkah yang tepat, kesenjangan literasi bisa dipersempit, membuka lebih banyak peluang bagi masa depan anak-anak desa.[]

• Penulis merupakan Pengurus Perpustakaan Desa Seuramo Baca Gampong Paya Luah
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan