Menumbuhkan Ketakwaan Sejak Dini: Program Anak Cinta Masjid Sukses Diselenggarakan

dokumentasi program anak cinta masjid

Di tengah derasnya pengaruh teknologi dan budaya global, membimbing anak agar tetap berpegang pada nilai-nilai agama menjadi tantangan tersendiri. Anak-anak hidup dalam lingkungan yang cepat berubah, dan tanpa bimbingan yang memadai, mereka rentan kehilangan arah dalam hal moral dan spiritual.

Untuk itu, keterlibatan keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting dalam membentuk karakter anak sejak dini. Salah satu pendekatan yang terbukti efektif adalah mengajak mereka terlibat dalam kegiatan keagamaan rutin, namun tetap menyenangkan dan bermakna. Program Anak Cinta Masjid adalah salah satu contoh inisiatif yang menggabungkan nilai religius dengan pendekatan partisipatif.

Program ini diselenggarakan oleh Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Al-Mukarramah dan mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh dalam rangka KPM Tematik. Kegiatan ini berlangsung selama 40 hari bertempat di Masjid Al-Mukarramah, Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh, dengan semangat kolaboratif antara pengurus masjid, mahasiswa, dan warga sekitar.

Program ini diikuti oleh 127 anak dengan rentang usia 6–15 tahun. Anak-anak ini berasal dari berbagai latar belakang, namun disatukan dalam semangat cinta terhadap masjid dan nilai-nilai Islam.

Tujuan utama dari program ini adalah membiasakan anak-anak dan remaja untuk menjadikan ibadah sebagai bagian dari keseharian mereka. Melalui pendekatan yang menyenangkan dan penuh makna, mereka diajak untuk lebih mengenal nilai-nilai akhlak sekaligus membangun kedekatan emosional dengan masjid sebagai pusat kehidupan spiritual mereka.

Salah satu kegiatan inti dari program ini adalah salat Subuh berjamaah selama 40 hari berturut-turut sebuah kebiasaan yang melatih kedisiplinan, membangun konsistensi, dan secara perlahan menumbuhkan keterikatan batin anak-anak kepada Tuhan. Suasana pagi yang tenang, lantunan doa bersama, serta kehadiran teman-teman sebaya menciptakan nuansa religius yang hangat dan membekas dalam ingatan mereka.

Tak hanya fokus pada rutinitas ibadah, program ini juga memberi ruang bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri lewat berbagai kegiatan penunjang yang edukatif. Tercatat ada dua jenis lomba, yaitu lomba puisi islami dan azan khusus untuk anak laki-laki. Selain itu, kajian anak dilakukan setiap selesai salat Subuh berjamaah, dan di hari Minggu rutin menghadirkan penceramah yang mengangkat tema-tema akhlak dan keislaman.

Program ini juga melibatkan delapan mahasiswa relawan dari Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry, yang secara aktif mendampingi anak-anak selama program berlangsung. Bagi para mahasiswa, ini bukan sekadar tugas pengabdian masyarakat, tapi pengalaman belajar langsung dalam membina karakter anak dan menjalin hubungan sosial dengan masyarakat.

Untuk mengetahui sejauh mana dampak program, mahasiswa KPM melakukan evaluasi pre-test dan post-test terhadap para peserta. Secara kuantitatif, hasil menunjukkan bahwa anak laki-laki (57 peserta) mengalami peningkatan skor rata-rata dari 93,33 menjadi 97,77 atau naik sebesar 4,44 poin, sedangkan anak perempuan (49 peserta) meningkat dari skor rata-rata 91,67 menjadi 98,02, dengan kenaikan sebesar 6,35 poin. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa peningkatan tersebut signifikan secara statistik (p < 0,05), baik pada kelompok anak laki-laki maupun perempuan.

Selain itu, terdapat temuan menarik dari evaluasi ini, yaitu sekitar 80% anak menjadi lebih rajin ke masjid, terutama pada waktu Subuh. Anak-anak juga mulai hafal doa-doa harian seperti doa keluar rumah, masuk WC, dan doa belajar. Disiplin waktu dan tanggung jawab mereka meningkat, terlihat dari konsistensi kehadiran selama 40 hari. Tak hanya itu, anak-anak menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti kajian dan berbagai perlombaan yang diselenggarakan selama program berlangsung.

Respon dari orang tua peserta pun sangat positif. Mereka mengaku senang dan mendukung penuh program ini karena telah memberikan perubahan perilaku yang baik pada anak-anak mereka. Banyak dari mereka yang menyebut program ini sebagai langkah yang "sangat baik" dalam membentuk karakter anak sejak dini.

Pada momen penutupan program, hadir sejumlah tokoh penting yang memberikan apresiasi dan dukungan moral, seperti Zulfikar selaku Ketua BKM Al-Mukarramah, Dr. Safrilsyah, dari Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry yang juga menjadi supervisor program, serta Farid Nyak Umar selaku Ketua Komisi IV DPRK Banda Aceh. Perwakilan dari Dinas Syariat Islam dan Polresta Banda Aceh juga turut hadir, memperlihatkan dukungan luas dari berbagai unsur masyarakat. Kehadiran mereka menegaskan bahwa pembinaan nilai-nilai agama pada anak-anak adalah tanggung jawab bersama.

Dalam sambutannya, Farid Nyak Umar menyebut program Anak Cinta Masjid sebagai langkah inspiratif dalam menanamkan kebiasaan baik sejak dini. Ia berharap program ini bisa direplikasi di masjid-masjid lain agar lebih banyak anak tumbuh dengan kecintaan terhadap tempat ibadah dan nilai-nilai keagamaan.

Program ini menunjukkan bahwa pendekatan yang tepat bisa membentuk karakter dan kebiasaan anak secara positif. Anak-anak yang terbiasa beribadah sejak dini akan lebih mudah menanamkan nilai spiritual dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Lebih dari itu, keberhasilan program ini tidak lepas dari kolaborasi semua pihak. Keterlibatan masyarakat, akademisi, dan pengurus masjid menjadi bukti bahwa membentuk generasi religius dan berkarakter adalah kerja bersama yang perlu dilanjutkan secara berkesinambungan.

Lewat program ini, anak-anak belajar banyak hal—tidak hanya tentang ibadah, tapi juga tentang tanggung jawab, kerja sama, dan nilai-nilai sosial yang membentuk karakter mulia. Mereka merasa dibimbing dan diperhatikan oleh lingkungan yang peduli, serta terbiasa menjalani hari-hari yang lebih teratur dan bermakna.

Bagi penulis, keterlibatan dalam program ini menjadi pengalaman yang mendalam dan bermakna. Kegiatan pengabdian masyarakat semacam ini bukan hanya memperkaya wawasan akademik, tetapi juga menumbuhkan kepedulian sosial dan mempererat ikatan emosional dengan masyarakat.

Melalui program Mulia Subuh Anak Cinta Masjid, penulis menyaksikan secara langsung pentingnya pendidikan karakter berbasis nilai-nilai agama sejak usia dini. Bukan sekedar aktivitas keagamaan, program ini juga wujud nyata kolaborasi dan harapan akan lahirnya generasi yang religius, berakhlak, dan mencintai masjid.[]

Penulis: Yolanda Alfianova Br Sembiring, Intan Fadillah Zulfa (Mahasiswa Fakultas Psikologi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
Foto: Dokumentasi program Anak Cinta Masjid/Foto pribadi

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

Artikel Relevan